Pengalaman Memberikan ASI

12:32 PM Dewi 1 Comments

Sejak hamil saya sudah berencana untuk memberikan ASI eksklusif untuk anak pertama saya. Karena itu saya banyak mencari info tentang asi dan imd baik dari buku, pengalaman teman maupun milis-milis.

Pada saat proses kelahiran sayangnya saya tidak bisa IMD karena kurangnya dukungan dari obgyn dan suster-suster. Tapi itu tidak menyurutkan niat saya, berkali-kali saya ingatkan suster kalau saya ingin rooming in dan asi eksklusif untuk anak saya. Enam jam setelah persalinan sambil belajar untuk bangun dan bergerak, bayi saya dibawa ke ruangan dan mulai rooming in. Langsung saya belajar menyusui bayi saya, Martyr. Sayangnya air susu saya belum keluar. Sedih rasanya.

Dengan berbekal pengetahuan bayi baru lahir punya cadangan air hingga tahan tidak minum selama 3 hari, saya memutuskan untuk tidak memberikan susu formula untuk Martyr. Tentunya keputusan saya ditentang suami dan orang tua, dan berkali-kali saya harus menjelaskan kepada mereka. Saya terus menyusui Martyr dengan harapan air susu saya cepat keluar dan Martyr mendapat kolostrumnya.

Pada hari kedua Martyr kuning, walau bilirubinnya tidak tinggi tapi Martyr harus di bluelight. Dan karena takut dehidrasi Martyr terpaksa diberi susu formula. Dengan terpaksa, suami harus menandatangani surat pernyataan bahwa Martyr akan diberi susu formula. Dan saya terus mewanti-wanti harus dengan sendok karena saya tidak mau Martyr bingung puting.

Alhamdulillah pada hari ketiga ASI saya sudah mulai keluar dan bilirubin Martyr turun di ambang normal. Tepat hari itu kami pulang ke rumah. Senang sekali. Di rumah saya makan sayur sebanyak-banyaknya dan melanjutkan niatan saya untuk ASI eksklusif. Sementara Martyr masih tidur terus.

Hari kelima kami kontrol ke dokter anak, ternyata BB Martyr turun hingga lebih dari 10%. Habis saya dimarahi DSA. Apalagi saya kurus, jadilah saya bulan-bulanan DSA tersebut. Sakit banget hati saya. Pulangnya dengan terpaksa saya memberi susu formula untuk Martyr setiap habis menyusui. Masih dengan sendok. Saya juga mencari info DSA pro asi yang komunikatif.

Hari ketujuh saya ke DSA yang disarankan teman, Dr Toto Wisnu. Alhamdulillah, dokter ini benar-benar pro ASI dan mendukung saya menyusui Martyr. Sejak itu saya full asix hingga 6 bulan dan sampai sekarang Martyr usia 10 bulan.

Usaha yang dilakukan tentunya banyak makan sayur dan buah, makanan bergizi dan banyak minum. Mulai dari sekedar sayur katuk, sayur bayam, sayur asem hingga jus pare saya makan.

Dan karena saya ibu bekerja tentunya musti punya manajemen ASI dan stok stok stok ASI. Di kantor saya memerah 4 kali dan dirumah 2 kali. Alhamdulillah stok ASI saya memenuhi kebutuhan Martyr hingga saat ini.

Manfaat yang saya rasakan, Martyr alhamdulillah sehat dan sangat cerdas. Baik kemampuan motorik maupun sosialnya sangat bagus. Sudah bisa tengkurap pada usia 1,5 bulan dan sekarang sedang merangkak dan belajar jalan. Sudah mulai cerewat, semua ditanya "apa ni..." dan panggil mama, papa, mbak, baba. Buat ibunya juga yang saya baca bisa menghindari kanker payudara dan yang terasa bonding yang kuat dengan Martyr walau tiap hari ditinggal bekerja. Stres juga langsung hilang setiap menyusui Martyr. Dan manfaat untuk ayahnya tidak perlu keluar budget untuk susu dan bisa dialokasikan untuk sekolah Martyr kelak. Karena banyak manfaatnya itu saya ingin menyusui Martyr hingga usia 2 tahun. Untuk melengkapi imunitas dan nutrisi Martyr. Karena ASI adalah investasi yang berharga untuk bayi dan keluarga.

Cerita di atas aku tulis untuk dikirim ke mother and baby

1 comments:

Anonymous said...

Salam kenal. Sy tertarik dg crita mba ttg ASI & sptnya mba aktif mengkampanyekan ttg ASI. Blh ga sy tanya2 ttg ASI krn saat ini sy sdg menyusui baby 2 minggu. Sy ingin tau bgmn cr kt tau apakah PD sdh terisi ASI/blm&bgmn mempercepat pengisian gudang ASI yg sdh kosong stlh diisap baby. Mba bs kirim jawabannya ke alamat email sy : fasi77@yahoo.com Sblmnya makasih ya mba atas sharingnya. Salam.