Finger Print Test, Perlu/gak?

9:42 AM Dewi 2 Comments

Dari kemaren ada kultwit yang menarik dari @AnnaSurtiNina, psikolog anak, yang ngebahas tentang apa sih finger print test (#FPT) itu. Aku rangkum yah, buat catetan sendiri. Sukur-sukur bisa kasih info buat yang laen.

- Memahami #FPT sama aja kayak kita ngertiin tes IQ, kl salah paham, gak berguna.
- Analisis #FPT cuma bisa baca bakat orang aja, dia terlahir dengan kemampuan apa. Tapi gak bisa baca bakat minat, krn minat kan bukan bawaan lahir.
- Beda #FPT sama tes IQ a.l karena tes IQ bisa 'baca' hasil stimulasi ortu. Tes minat bakat juga bisa cek seorang anak lebih bisa dijuruskan kemana
- Hasil #FPT gak bisa buat menjuruskan anak ke sekolah/kerjaan apapun karena gak ngecek minatnya. Padahal keberhasilan sekolah dan kerja juga sangat tergantung minat.
- Jadi salah kaprah orang 'baca' #FPT karena mereka pikir bisa tau anak kudu dijuruskan ke bidang studi apa.
- Salah kaprah #FPT yang lain adalah orang pikir itu bisa buat remaja/dewasa. Padahal semakin besar individu semakin besar juga efek interaksi lingkungan, gak mungkin #FPT prediksi kesuksesan berdasar bakat bawaan aja, harus tau minat, kemampuan, ketersediaan lapangan kerja, dll
- Kesalahan #FPT lain adalah ketika dikasih anak yang terlalu kecil, misal bayi. Bayi kan sidik jarinya masih alus banget, gak bisa diem pula jadi susah di'print'.
- Padahal #FPT sangat tergantung pada hasil print sidik jari. FPT tentukan sudut, kemiringan, jumlah, dll berdasarkan hasil print itu. Kalo dilakukan asal pasti hasil #FPT juga error. Nah, kesalahan ini yang saya lihat terjadi pada si susu yang bikin booming #FPT. Kebanyakan anak & ortu antri, bikin tester #FPT juga asal ngeprint sidik jari dan tentukan sudut. Saya gak yakin hasilnya bener. Apalagi ortu cuma dikonsul singkat banget. Bahaya banget deh.
- Kesimpulannya, kesalahan utama #FPT = ketergantungan pada metode nge print (&tester), juga pada kesalahpahaman baca hasilnya.
- Kalo kedua kesalahan utama #FPT itu minimal, kita masih bisa percaya hasilnya. Tapi tentunya beda 'penggunaan' dari tes IQ/hasil dukun ya hihihi
- Supaya gak terjadi kesalahan #FPT, maka vendor #FPT harusnya betul-betul latih admin supaya gak salah teknik ngeprint sidik jari.
- Selain itu, orang yang membaca #FPT juga kudu tau batasan-batasan #FPT, bukan anggap sebagai "1 size fit all"
- Admin tes #FPT harusnya mem'print' sidik jari dengan hati-hati, tapi kadang mereka tidak hati-hati karena banyaknya pengantri. Kenapa banyak pengantri? 1 alasan: murah.
- Setau saya, hasil #FPT sangat tergantung ketepatan menentukan 'titik'nya. Maka dari itu, sulit sekali dilakukan kepada anak yang masih kecil, apalagi bayi.
- Tapi ada vendor #FPT yang katanya bisa lakukan analisis sidik jari untuk bayi. Hmmm, hati-hati aja.
- Sekarang bahas dulu tentang kesalahan #FPT kedua, kesalahan interpretasi tentang hasilnya. Kesalahan ini bisa terjadi pada interpreter/kliennya.
- Interpreter #FPT itu maksudnya yang memberikan konseling tentang hasil. Klien #FPT maksudnya ortu/ anak peserta analisis sidik jari.
- Banyak interpreter yang tidak paham keterbatasan #FPT. Mereka kira #FPT itu bisa buat meramalkan masa depan anak. Padahal FPT cuma bisa baca "faktor bawaan"
- Maksudnya faktor bawaan dalam #FPT adalah bakat yang dibawa anak sejak dalam kandungan. Tiap anak ketika lahir ke dunia memang bawa beberapa bakat tertentu.
- Bakat tersebut yang diklaim bisa dicaritau oleh #FPT. #FPT juga bisa cari "learning style" dan belahan otak dominan, tapi lagi-lagi inget: Bawaan.
- Nah, masalahnya, kesuksesan itu tidak bisa ditentukan dari faktor bawaan. Ada stimulasi lingkungan, ada interaksi dengan orang lain, dll.
- Jadi SALAH BESAR kalau harapkan hasil #FPT bisa ramalkan kesuksesan anak.
- Tapi kalau hasil #FPT digunakan untuk lebih kenali anak, mana yang kurang dan lebih, untuk optimalkan seluruh kemampuannya, itu masih bisa diterima.
- Mari kita inget, bakat (bawaan) itu beda dari minat (berdasarkan pengalaman). Nah #FPT cuma bisa cek bakat. Tapi again, untuk sukses gak cukup bakat aja.
- So, untuk maksimalkan manfaat #FPT, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ortu. Berikut ini tips-tips nya.
- Tips #FPT 1. Anak yang di tes sidik jarinya harus sudah jelas anaknya mau kooperatif. Usia >2tahun lebih baik dibanding bayi.
- Tips #FPT 2. semakin besar anak (SD keatas), inget bahwa hasil cuma bisa pahami bakatnya aja, tapi pasti ada faktor lain. Diskusikan dengan konselor.
- Tips #FPT 3. Jangan mau di tes kalo gak ada jaminan tentang ada waktu untuk konseling min 1 jam dengan psikolog, untuk revisi salah paham yang mungkin ada.
- Tips #FPT 4. Jangan jadikan hasil analisis sebagai satu-satunya sumber pengetahuan tentang cara stimulasi anak. Buka mata buka hati ortu ya.
- Tips #FPT 5. Buat yang udah remaja ke atas, udahlah, lupakan #FPT. Percuma tau 'bawaan' untuk tujuan prediksi yang akan datang. Anda lebih butuh tes minat.
- Inget #FPT cuma ukur 'faktor bawaan'. Kalo dibilang kita bakat musik, artinya kita lahir dengan bakat musik, tapi belum tentu bisa sukses di bidang musik.
- Oya, tips #FPT tambahan, jangan mau "tes" kalo berdesak-desakan. Gak akurat banget lho hasilnya.
- Hasil dari #FPT harusnya diapain? Dilihat kelebihan dan kekurangan anak kita. Tingkatkan stimulasi untuk yang kurang, melalui kelebihannya.
- Contoh: tau bahwa kecerdasan bahasa si 4 tahun oke sementara matematika kurang. Ajarkan matematika lewat dongeng.
- Contoh lain: tau bahwa anak lebih bisa belajar via telinga, ketika kita ajarin anak. Bisa gunakan lagu favoritnya tapi ganti teksnya dengan hapalannya.
- Kesimpulan sampat saat ini, #FPT bisa positif kalo 'tes'nya bener, interpretasinya bener. Tapi kenapa masih diperdebatkan?
- #FPT sebetulnya untuk bisa dibilang tes psikologi, harus lewat pengembangan yang sangat panjang. Mulai dari teori yang sah, bikin soal/item yang ok.
- #FPT setelah item jadi, harus diujicoba ke ribuan bahkan ratusan ribu orang, supaya tau apakah hasil tes akan valid/reliable
- #FPT Valid artinya tes itu bener-bener mengukur yang diukur. Misalnya mau ukur bakat, tes emang betul ngukur bakat, bukan ngukur minat/kecerdasan.
- #FPT Reliable artinya mau diulang jutaan kali, hasilnya kudu setara. Kl hasil sekarang beda sama hasil besok, itu gak reliable.
- Nah #FPT dianggap belum memenuhi syarat sebagai tes psikologi, padahal dia mengklaim bisa ukur beberapa hal psikologis seperti bakat, MI, gaya belajar, dll
- Setau saya, sampe saat ini #FPT masih terus dicek validitas & reliabilitasnya untuk bisa disebut tes psikologi.
- Tapi kalopun nantinya #FPT dianggep tes psikologi, inget, dia cuma ukur 'bawaan'. Jadi gak bisa prediksi masa depan dong.
- Jadi apa gunanya #FPT sebagai tes psikologi kalo gak bisa prediksi masa depan? cuma untuk lebih pahami anak, supaya gak galak-galak banget ketika stimulasi anak.
- Biar ortu ngerti gitu lho kalo anaknya gak bakat, maka perlu lebih banyak kesabaran dan trik untuk membuat dia bisa
- Nah, karena #FPT baru mencari validitas dan reliabilitasnya, buat apa bayar mahal untuk nge'tes'in anak? bisa cari yang murah aja tapi cari tahu lebih lanjut.
- Atau bayar mahal #FPT karena mau dapat konseling dari psikolognya, biar gak salah kaprah memahami hasilnya.
- Inget lagi, jangan mau bayar mahal #FPT kalo gak ada jaminan bisa konseling min 1 jam dengan psikolognya, daripada salah kaprah lho.
- Jadi kalo saya ditanya, "sebagai psikolog, anda percaya #FPT? maka jawaban saya adalah... "Saya belum bisa bicara tentang validitas & reliabilitasnya...Tapi kalo hasil tesnya bisa membantu banyak orang dengan BENAR, saya persilahkan orang untuk percaya. Kalo bantuannya SALAH, mari kita revisi bersama"

Pendapat lain soal FPT bisa klik disini.

Kalo aku yang ditanya, percaya gak sama tes FPT? Gak ah... I know my son... PD dong...

2 comments:

Rere said...

menarik :) izin share ya Mbak, kemarin temenku ada yg bingung dgn hasil FPT nya jauh beda dgn 'dia' selama ini..

Dewi said...

silahkan mba...